Mengenal Sistem Irigasi Bali Di Museum Subak
|Bali tak hanya memiliki keindahan alam dan budaya yang masih terjaga. Bahkan ada hal lain yang dimiliki Bali yang kini ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak Juni 2012, yakni Subak. Subak merupakan sistem kemasyarakatan Bali untuk mengatur distribusi aliran irigasi ke pertanian. Sistem ini telah ada sejak tahun 944 Masehi dan tercatat di sebuah prasasti kuno. Subak merupakan pengamalan dari konsep Tri Hita Karana, yang menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan, manusia dan alam, serta antar sesama manusia. Sehingga subak ini juga berfungsi ibadah untuk memohon rizki yang berlimpah. Dengan kehadiran Subak, produksi pertanian di Bali pun berhasil meningkat dengan mengalirkan air dari 150 sungai di bali.
Seiring dengan perkembangan zaman, kekhawatiran akan kelestarian Subak mulai muncul. Hingga akhirnya seorang pakar adat dan agama sekaligus Kanwil Departemen Agama Propinsi Bali, I Gusti Ketut Kaler, mengusulkan untuk memasukkan subak sebagai cagar budaya hingga akhirnya menjadi Museum Subak. Museum yang berlokasi di jalan Gatot Subroto, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ini diresmikan oleh Prof Dr Ida Bagus Mantra pada tanggal 13 Oktober 1981, yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Bali. Museum ini berjarak 25 km dari kota Denpasar atau 55 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai Bali.
Pemilihan Tabanan sebagai lokasi museum ini dikarenakan Subak Rijasa di Tabanan pernah menjadi juara nasional dalam program intensifikasi pada tahun 1979. Selain itu Tabanan juga memiliki area persawahan yang paling luas di Bali dan menjadi Lumbung Beras Pulau Bali. Dengan kehadiran wisata Tanah Lot, museum ini juga bisa berpadu guna pengembangan kawasan wisata.
Tata ruang museum ini berpegan pada konsep pembangunan tradisional yang terdiri dari Tri Mandala, Tri Angga dan Asta Kosala Kosali. Terdapat bangunan terbuka dan tertutup di museum ini. Bangunan terbuka merupakan perwujudan dari subak mini yang terdiri dari kolam penampungan air dan telabah untuk mengalirkan air dari kolam ke saluran primer (telabah Gede), saluran sekunder tersier (telabah Pemaron), saluran kuarter (telabah Penyacah), tembuku hingga akhirnya ke petakan sawah. Selain itu ada pula  3 rumah petani tradisional, yakni utama mandala, madya mandala, dan nista mandala.
Untuk bangunan tertutup terdiri dari Gedung Audio-visual yang di dalamnya anda bisa mengetahui kegiatan pengolahan air di subak, Gedung Perpustakaan, pusat informasi dan Kantor. Selain itu ada pula gedung pameran yang memajang berbagai perlengkapan petani mulai dari kapak, gergaji, linggis, pacung tunggal, panyong, penampad, patuk, geganjing, tenggala atau bajak, pemelasah, anggapan atau ani, arit, ketungan, lesung, luu, sidi (alat untuk mengolah padi menjadi beras), pengedangan, payuk, kuskusan, paso, jeding, pengorengan, cagag, hingga sok nasi. Selain itu terdapat museum induk yang berupa kompleks bangunan suci Padmasana, Bedugul dan lainnya.
Jadi jika anda ingin mengajak buah hati anda berlibur sembari mengenalkan budaya Bali, jangan lupa untuk berkunjung ke Museum Subak. Fasilitas yang disediakan juga cukup memadai, mulai dari toilet, parkir, hingga penginapan. Anda juga bisa menginap di Hotel murah di Bali seperti:
Refrensi:
- http://wisatabali2010.wordpress.com/museum-subak-sanggulan/
- http://www.wisatadewata.com/article/wisata/museum-subak
- http://www.berwisatadibali.com/obyek-wisata-bali/museum-subak-di-bali-sistem-irigasi-bali/
- http://www.indonesia.travel/id/destination/277/ubud/article/283/subak-bali-irigasi-pertanian-masyarakat-adat-bali-yang-diakui-dunia