Candi Gunung Kawi, Persemayaman yang Indah Raja-Raja Udayana
|Sudah merasakan serunya river tubing di Sungai Pakerisankan? Pemandangannya begitu menakjubkan bukan? Di antara bangunan yang dilewati dalam river tubing ada bangunan yang cukup bersejarah bernama Candi Gunung Kawi. Sungai Pakerisan memang berada diantara bangunan candi yang berada di dalam bukit. Candi Gunung Kawi merupakan salah satu warisan purbakala yang diperkirakan telah ada sejak pertengahan abad ke-11 M, tepatnya pada Kerajaan Udayana, dinasti Warmadewa. Pembangunan candi berlangsung selama beberapa tahun, dimulai dari masa kepemimpinan Raja Sri Paduka Dharmawangsa Marakata Pangkaja Stanattunggadewa yang berkuasa pada 944-948 Saka atau 1025-1049 M hingga masa pemerintahan Raja Anak Wungsu yang memimpin pada 971-999 Saka/1049-1080 M.
Nama Gunung Kawi pada candi ini berkaitan dengan lokasi candi. Kata Kawi berarti pahatan yang menunjukkan bahwa candi tersebut dipahat di gunung hingga menyerupai gunung. Hal ini memang cukup unik dan membuat candi ini begitu berbeda dengan candi yang lain. Penemuan candi ini  berasal dari penemuan Prasasti Tengkulak dari tahun 945 Saka atau 1023 M. Dalam prasasti tersebut diceritakan terdapat kompleks pertapaan di tepi Sungai Pakerisan yang bernama Amarawati. Selanjutnya oleh arkeolog disebutkn bahwa tempat tersebut merupakan lokasi Candi Gunung Kawi berada.
Candi Gunung Kawi sendiri mulai ditemukan pada tahun 1920 oleh Belanda dengan lokasi yang tersebar di tiga titik. Emat buah candi berderet di sepanjang sisi barat Sungai Pakerisan dari utara ke selatan. Sedangkan satu candi yang lain berada di sisi selatan dan berjarak 200 meter dari candi yang lain. Candi yang pada awalnya dibangun untuk memuja roh arwah Raja Udayana, ayah dari Raja Marakata, ini memiliki bangunan pertama yang berada di ujung utara candi sisi timur. Hal ini diperkuat dengan adanya tulisan “Haji Lumah Ing Jalu” yang bermakna Sang Raja dimakamkan di Jalu dan ditulis pada gerbang candi dengan aksara kadiri kwadran. Sisa bangunan yang lain yang berada di sisi barat diperkirakan sebagai kuil atau padharman dan ditujukan untuk empat selir raja dan perdana menteri kerajaan yang diperkirakan adalah Empu Kuturan.
Bangunan Candi Gunung Kawi ini secara keseluruhan difungsikan sebagai tempat ibadah keluarga kerajaan. Di sekitar candi yang bercorak Hindu ini juga ditemukan sejumlah ceruk yang diduga menjadi tempat meditasi umat Budha. Hal ini menunjukkan bagaimana sikap toleransi masyarakat zaman dahulu dan hidup dalam harmoni yang damai. Dan ini pula yang menjadi alasan mengapa keberadaan candi ini begitu penting. Bukan hanya karena alam sekitarnya yang indah namun juga nilai sejarah yang terkandung di dalamnya begitu kuat.
Meski telah ditemukan 95 tahun yang lalu, namun Candi ini baru dikenal wisatawan semenjak digunakan sebagai lokasi syuting sebuah film Hollywood, The Hall, pada tahun 2006. Untuk menuju kompleks candi anda terlebih dahulu harus menuruni 315 anak tangga. Ketika turun sih memang tak terlalu berat, namun tenaga ekstra dibutuhka ketika anda kembali. Jadi pastikan anda dalm kondisi yang fit ya. Namun melihat keindahan dan nilai sejarah yang ditawarkan sepertinya semua usaha itu sebanding. Perbukitan hijau yang ada di sekitar candi dengan aliran dan gemericik suara Sungai Pakerisan benar-benar menjadi pemandangan yang begitu menenangkan. Tak salah jika lokasi candi dipilih sebagai tempat syuting film. Oh ya, anda mungkin akan dipaksa sejumlah pedagang untuk membeli kain penutup yang katanya harus dikenakan, meski sebenarnya tidak perlu. Anda yang membutuhkan penginapan, bisa menggunakan hotel murah di Bali, seperti:
Yang kemarin melewatkan review mengenai River Tubing Sungai Pakerisan, baca aja di sini.
Refrensi:
- http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/candi-tebing-gunung-kawi-persemayaman-abadi-raja-raja-dinasti-udayana
- http://jejak-bocahilang.com/2013/06/27/gunung-kawi-satu-nama-dua-cerita/