Candi Tebing Tegallinggah, Sejarah yang Berbalut Keindahan Alam
|Sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya beragama Hindu, maka tak mengherankan jika di Bali banyak ditemukan pura maupun tempat pertapaan. Bahkan pura ataupun tempat pertapaan tersebut telah ada sejak zaman purbakala sehingga terkadang menyerupai goa maupun candi. Selain goa gajah dan goa garba yang telah dibangun sejak zaman sejarah, beberapa tahun yang lalu kembali ditemukan sebuah candi di daerah Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Kabupaten Gianyar. Candi yang ditemukan oleh ahli purbakala asli Belanda, Krijsman, diperkirakan dibangun pada abad ke-12. Dengan ditemukannya candi tersebut semakin memperkuar kedudukan Gianyar sebagai pusat situs purbakala di Bali.
Kala itu Krijsman sedang melakukan penyelidikan dengan melakukan penggalian di sebuah bangunan kecil yang berada di lembah sungai Pakerisan. Bangunan tersebut dipahatkan di dinding tebing dan hanya dianggap sebagai gapura masuk oleh masyarakat setempat. Namun, dari penggalian tersebut diketahui bahwa terdapat tangga menuju atas di dalamnya. Pada masing-masing tebing yang terpisah oleh aliran sungai, ditemukan candi lengkap dengan beberapa cerukan yang berbeda-beda.
Gapura sebelah kanan memiliki bentuk yang lebih besar. Namun sayangnya kini gapura tersebut hanya berupa reruntuhan saja. Dua buah candi tampak terpahat di sebuah halaman yang berada di belakang gapura. Sedangkan gapura sebelah kiri memiliki bentuk seperti biara yang setengah jadi. Diperkirakan pengerjaan biara tersebut belum selesai lantaran terjadi bencana gempa bumi sehingga terpaksa dihentikan. Tujuh buah curuk dengan tiga lingga juga ditemukan di candi tersebut. Lingga-lingga tersebut menggambarkan tiga dewa utama dalam agama Hindu yang dikenal dengan sebutan Trimurti, yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Shiwa. Sedangkan cerukan yang ada diperkirakan sebagai tempat pertapaan guna mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi.
Selain melihat kemegahan bangunan dari masa lalu, daerah sekitar Candi Trebing Tegallinggah juga memiliki kenampakan alam yang cukup mempesona indah. Hamparan sawah penduduk yang berundak akan memanjakan mata anda selam perjalana. Semilir angin sawah membawa suasana sejuk dan segar serta menemani anda dalam menuruni anak tangga. Rasa lelah dari perjalanan anda turut hilang dengan indah dan segarnya suasana disekitar. Anda tidak perlu khawatir ketika berjalan di anak tangga tersebut. Karena anak tangga dari batu tersebut telah dibuat permanen sehingga cukup aman dilalui.
Jadi ketika anda di Bali jangan lewatkan untuk mnegunjungi situs purbakala dengan keindahan alam yang mempesona ini. Anda bisa berpetualang sejarah sembari mengagumi keindahan bangunan di masa lampau tersebut. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari Denpasar. Anda hanya perlu menempuh perjalanan sejauh 24 km atau sekitar 35 menit perjalanan dari Denpasar. Untuk akomodasi, anda tidak perlu khawatir karena di daerah Gianyar telah berdiri beragam hotel murah di Bali yang bisa anda gunakan menginap, seperti:
- Mara River Safari Lodge
- Puri Saron Hotel Mandangan
- The Chedi Club at Tanah Gajah
- Anulekha Resort and Villa
- Dbulakan Boutique Resort Ubud
- Komaneka Tanggayuda
Refrensi:
- http://www.wisatadewata.com/article/wisata/candi-tebingtegallinggah
- http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/candi-tebing-tegallinggah/